Perjalanan kali ini berbeda, gw memang suka petualang cuma jika urusan yang berdesak-desakan dalam bus atau mengantri yang banyak asap rokok, gw menyerah dan lebih baik gw menunggu di kesempatan lain. Namun di perjalanan kali ini tidak berlaku semua prinsip itu, gw dengan terpaksa berhadapan dengan ketek kenek dan kaki supir, bagaimana ceritanya, yuk simak siapa tau ada yang terinspirasi mau jadiin cerita ini jadi sinetron atau FTV. Hahaha.
Bermula dari ajakan seorang teman sebutlah Mr.G yang menantang gw untuk menjelajah tanpa perencanaan dan menggunakan kendaraan umum, akhirnya setelah gw pikir-pikir yah bolehlah masih di pulau jawa ini, dan masih bisa dimengerti pakai bahasa Indonesia, gw mencoba mengajak teman lainnya untuk ikut gw petualang sebut saja Mr. G2.
Kami janjian untuk bertemu di kampung rambutan, di hari jumat sore sebelum libur panjang idul adha ini. Kalian tau kan berapa jahanamnya jalanan ibukota saat libur panjang dan hari jumat? Menurut Mr.G kita harus mulai petualangan dengan menggunakan busway, secara setiap hari bawa kendaraan sendiri dan kini harus “ngeteng”, itu jadi petualangan luar biasa menurut pikir gw – tapi satu sisi gw berlomba dengan waktu untuk mendapatkan bus yang layak ke Pangandaran sebelum pukul 8 malam.
Mencoba peruntungan dengan ojek online, dan gw ditolak saudara-saudara…. oleh 3 ojek yang berbeda karena melihat jarak dan kemacetan yang ada. Dan dengan merengek kepada ojek terakhir, dan dia dengan senang hati mengantar gw, dan tanpa ragu kasih tips hampir sebesar tarif perjalanan; yah mungkin karna efek ditolak dan si tukang ojek bagaikan pangeran berbebek yamaha. hahaha.
Gw orang terakhir yang sampai setelah Mr. G dan Mr G2; maklum baru pertama kali ke kampung rambutan yang banyak calo, handphone gw rapatkan ke arah badan terus ga berani terang-terangan pakai handphone di alam terbuka, yah mungkin akibat cerita horor yang gw dengar, tapi setelah melihat perawakan calo-calo yang pakai tanda pengenal calo (ini ragu sih koq bisa hebat sekarang calo ada tanda pengenal), tapi setidaknya mereka niat membantu walau punya agenda tersembunyi.
Mr. G mengusulkan naik bus arah bandung lalu lanjut ke Pangandaran esok hari nya, wah ini ga sesuai ekspektasi nih, pikir gw bisa sampai di pangandaran pas subuh atau setidaknya pas jam sarapan lah. Ehm, setelah taruh barang di bus arah bandung yang masih nge-tem, gw dan Mr. G coba cari bus tersisa yang ke Pangandaran, ketemulah bus “MERDEKA” yang sudah mau keluar parkir dan gw teriak ke keneknya, “Bang masih ada untuk 2 orang ga?”, “masih neng, naik aja!” Langsung gw panggil Mr.G2 dan bawa gendongan gw berlari ke dalam bus merdeka yang sudah keluar jalur parkir (Mr.G, gw tinggal karna jiwa petualangan nya masih mau cari tempat nyaman buat tidur, dan tetap pilih bus arah Bandung).
Setelah naik dan berada di sebelah supir, gw dan Mr.G2 kebingungan untuk jalan di dalam lorong bus untuk mencari kursi kosong yang disebut kenek “untuk 2 orang” – karna lorong bus sudah penuh dengan kursi plastik ala warteg yang tersebar dan sudah berpenghuni ditambah lagi anak tangga dari arah supir ke lorong bus sudah dipakai lesehan sama penumpang lain. Gw teriak ke Mr. G2, “kita duduk dimana nih?” Supir kenek menyahut dari depan pintu bus “Duduk di kursi ini neng” – gw teriak “serius bang duduk di kursi kenek?” “Iya neng seriusan, duduk aja!!!” Dan gw serta Mr.G2 saling memandang dan menelan ludah, mau turun kita bingung bus sudah jalan, dengan panik akhirnya pasrah duduk di kursi kenek, 1 kursi 2 pantat.
Yah banyangin sendiri aja kaya gmana nasib 9 jam di jalan dengan 1 kursi 2 pantat, dengan bayar harga normal. Di tengah jalan dikejutkan dengan kehadiran 2 bule yang berhentiin bus kita, dia naik di pintu belakang, dan gw cuma pasang muka kaget, berpikir apa nasib tuh bule di belakang; apa yang si bule pikirkan dan cerita ke temen kampungnya tentang traveling Indonesia; apa nasibnya wonderful Indonesia kalau gini. Dan semua pikiran itu gw ungkapkan pake wajah cengo gw.
Akhirnya sang kenek yang gw kenal bukan kenek senior, si kenek senior ternyata harus berada di samping kursi kenek menjaga pintu biar ngga terbuka pas gw dan Mr G2 senderin tuh pintu. Posisi kaya gini : Pintu kenek – kenek senior – ketek kenek – gw setengah pantat di kursi kenek – Mr.G2 setengah pantat juga. Betul-betul indah gw harus bertahan 9 jam (kalau ga macet), dan akhirnya gw nyerah tukeran sama Mr.G2 dari bawah ketek kenek.
Tengah tol ke arah bandung si Bule tiba-tiba maju di ke arah supir dan teriak dalam bahasa Indonesia (mayan fasih sih) “Saya bayar mahal 95ribu pakai AC, tapi ini tidak bisa bernafas”, dan satu bus ikutan demo dong ke si supir buat kencengin AC nya. Dan gw berbisik ke si kenek “Bang ini AC nya rusak?” dan si kenek cuma jawab yang gw ga denger kayanya dia masih terkesima dengan udara dingin dari jendela samping keteknya – dan gw dapat angin surga dari sana juga sih. Satu sisi gw beruntung dapat kursi kenek dan bisa selamat dengan angin surga di bawah ketek kenek, tapi satu sisi lagi gw kasihan dan ga tau harus buat apa juga.
Si supir mulai grasak grusuk, karna udah di demo dia benerin panel yang di samping kaki gw. Ayo imajinasikan, kaki kiri buat napak menjaga keseimbangan, kaki kanan buat injak gas, tangan kanan buat pegang stir bus, tangan kiri buat utak-utik panel AC, mata kanan lihat jalan, mata kiri liat panel AC, pantat supir beranjak dari kursinya.
Dan gw cengooo secengo-cengonya……
Urusan per-AC-an ga ada solusinya akhirnya tuh supir cuma acting aja dia pegang-pegang tuh panel sambil akrobat – gw tinggal tidur karna gw kecapean akibat shocked, satu jam kemudian hujan akhirnya solusi AC datang karna dinginnya hujan. Tapi si supir mulai akrobat lainnya kini adegan akrobat ngelap setengah kaca depan karna berembun dengan gaya akrobat seperti sebelumnya, dan gw cengoo lagi.
Gw mulai message temen-temen gw, minta didoakan, pas turun di rest area, kesempatan gw buat foto-in plat bus nya, gw kirim ke temen-temen, kali aja guna kalau terjadi sesuatu. Dan gw pasrah tidur di bawah ketek lagi dengan setengah pantat.
2-3 jam kemudian gw masih lihat si kenek masih nemplok di pintu sambil pegangin tuh pintu sambil berdiri, dan pantat gw sudah lelah, gw cari cara buat lesehan di lantai sebelah panel AC sebelahan sama kaki supir. Gw ambil tas gendongan gw,gw jadiin kursi jongkokan, buat gw bertahan di bawah lesehan, tanpa bisa memandang apapun kecuali tuh kaki supir.
Gantian sama Mr.G2, antara ketek kenek atau kaki supir; gw tulis cerita ini berdasarkan kisah nyata yang buat gw bangga dan shocked karna bisa selesaikan tantangan perjalanan 10 jam (fyi, gw sampai jam 6 subuh di terminal Pangandaran)
Nb: si bule sepanjang perjalanan ternyata berdiri boo, mereka tidur sambil berdiri nyender di antara pegangan di atas cabin bus.





